PEMERINTAH - Fenomena sosial di media digital sering kali mencerminkan keresahan yang berkembang di kalangan masyarakat. Dalam beberapa waktu terakhir, dua tagar menarik perhatian: #KaburAjaDulu dan #IndonesiaGelap. Keduanya mencerminkan kekecewaan, keputusasaan, dan skeptisisme generasi muda terhadap kondisi negara mereka sendiri. Lantas, bagaimana sebenarnya anak muda Indonesia memandang negeri ini? Apakah ini sebatas tren sesaat atau justru cerminan dari persoalan yang lebih dalam?
Ketidakpuasan yang Mencuat di Dunia Digital
Generasi muda saat ini, yang sering disebut sebagai Gen Z dan Milenial, tumbuh dalam era digital yang penuh dengan transparansi informasi. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih terbatas dalam mengakses berita dan opini, mereka memiliki dunia di ujung jari—dengan media sosial sebagai cermin yang memperbesar setiap peristiwa sosial dan politik.
Tagar #KaburAjaDulu menjadi populer di kalangan anak muda yang merasa frustrasi dengan ketidakpastian masa depan di Indonesia. Mulai dari isu ekonomi yang tak menentu, lapangan pekerjaan yang semakin sulit, hingga kepercayaan terhadap pemerintahan yang terus terkikis. Banyak dari mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan membangun kehidupan di luar negeri, dengan anggapan bahwa kesempatan di luar lebih terbuka dibandingkan bertahan dalam sistem yang dianggap stagnan.
Kini, muncul lagi tagar #IndonesiaGelap, yang semakin memperkuat narasi pesimisme terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi di dalam negeri. Ketidakadilan hukum, minimnya kebebasan berekspresi, serta berbagai kasus korupsi yang tak kunjung usai menjadi pemicu utama munculnya tagar ini. Bagi sebagian anak muda, Indonesia tak lagi memberikan rasa aman dan keadilan—sebuah ironi bagi bangsa yang sedang bersiap menyambut generasi emasnya di tahun-tahun mendatang.
Mencari Akar Masalah: Mengapa Anak Muda Kecewa?
Kekecewaan anak muda terhadap kondisi Indonesia bukan sekadar emosional, melainkan berbasis pada realitas yang mereka alami sehari-hari. Beberapa faktor utama yang menjadi pemicu antara lain:
1. Ketidakpastian Ekonomi: Harga kebutuhan pokok yang melonjak, sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, dan tingginya biaya pendidikan membuat banyak anak muda merasa tidak memiliki masa depan yang cerah di tanah air.
2. Ketidakadilan Hukum dan Politik: Banyak kasus yang menunjukkan bahwa hukum cenderung tajam ke bawah, tumpul ke atas. Korupsi yang masih merajalela semakin menurunkan kepercayaan anak muda terhadap institusi pemerintahan.
3. Minimnya Ruang untuk Berkembang: Dalam era digital, anak muda memiliki akses ke berbagai peluang global. Namun, ketika mereka merasa dibatasi di negara sendiri—baik dalam hal kebebasan berekspresi maupun akses terhadap peluang yang setara—muncullah keinginan untuk mencari tempat yang lebih menghargai potensi mereka.
4. Melemahnya Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat: Media sosial seharusnya menjadi ruang diskusi yang sehat, namun dalam beberapa tahun terakhir, banyak anak muda merasa takut untuk menyuarakan opini karena khawatir akan konsekuensi hukum. Ketakutan ini semakin memperparah rasa frustrasi dan kehilangan harapan.
Harapan yang Masih Ada
Meski pesimisme semakin menguat, bukan berarti semua anak muda telah menyerah pada keadaan. Banyak dari mereka yang tetap berjuang, baik melalui inovasi, kewirausahaan, maupun advokasi sosial. Gerakan-gerakan anak muda yang berorientasi pada perubahan terus tumbuh, dari komunitas berbasis lingkungan hingga platform digital yang mengawal kebijakan publik.
Di balik kegelapan yang mereka rasakan, selalu ada cahaya kecil yang masih menyala. Tantangannya sekarang adalah bagaimana generasi muda dapat menemukan solusi dan strategi untuk membuat perubahan dari dalam, tanpa harus merasa bahwa satu-satunya jalan keluar adalah meninggalkan negeri sendiri.
Menjawab Tantangan: Bagaimana Indonesia Bisa Bangkit?
Jika pemerintah dan pemangku kebijakan ingin memenangkan kembali hati anak muda, beberapa langkah harus segera diambil:
Meningkatkan Kualitas Hidup: Kebijakan ekonomi harus berpihak kepada generasi muda, dengan memberikan lebih banyak akses terhadap pendidikan terjangkau, pekerjaan layak, dan kesempatan usaha yang nyata.
Memperbaiki Tata Kelola Pemerintahan: Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci. Pemerintah harus membuktikan bahwa mereka bisa dipercaya, dengan memberantas korupsi dan menegakkan hukum secara adil.
Memberikan Ruang bagi Kreativitas dan Aspirasi Anak Muda: Indonesia membutuhkan kebijakan yang mendukung inovasi dan kreativitas, bukan yang justru menekan kebebasan berekspresi.
Pada akhirnya, apakah Indonesia benar-benar sedang menuju kegelapan, atau ini hanyalah masa transisi menuju perubahan? Jawabannya bergantung pada bagaimana kita semua, terutama anak muda, menavigasi tantangan ini—apakah memilih untuk pergi, atau tetap bertahan dan memperjuangkan masa depan yang lebih baik.
Jakarta, 21 Februari 2025
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi